Forum Komunikasi Jejaring Pemagangan Menjembatani Kesenjangan Ketrampilan Pencari Kerja.

Forum Komunikasi Jejaring Pemagangan Menjembatani Kesenjangan Ketrampilan Pencari Kerja. Pengangguran terbuka di Kabupaten Demak saat ini berada di angka 4% dari jumlah penduduk. Permasalahan ketenagakerjaan yang dialami di Kabupaten Demak tidak terlepas dari jumlah kelulusan lembaga pendidikan dan lembaga pelatihan yang setiap saat bertambah sedangkan kebutuhan perusahaan akan tenaga kerja bersifat fluktuatif. Permasalahan lain yang tidak kalah pelik adalah adanya kesenjangan antara kualitas lembaga pendidikan dan lembaga pelatihan terhadap dunia industri. Banyak lulusan dari lembaga pendidikan ataupun lembaga pelatihan yang belum siap kerja karena adanya ketidaksesuaian antara materi yang diajarkan dengan kebutuhan perusahaan. Kesenjangan yang paling menonjol adalah dari segi kurikulum, sarana, prasarana serta ketrampilan dari tenaga pengajar yang tertinggal dari dunia industri.

Pemagangan diharapkan dapat menjadi jembatan antara dunia industri dengan lembaga pendidikan dan lembaga pelatihan. Forum Komunikasi Jejaring Pemagangan (FKJP) dibentuk oleh Bupati Kabupaten demak, H.M. Natsir memiliki tujuan untuk mengurangi jarak antara kebutuhan perusahaan dengan kemampuan pencaker di Kabupaten Demak melalui fasilitasi, komunikasi, koordinasi dan sinergitas antara lembaga penyedia tenaga kerja dengan dunia industri.

Salah satu progam kerja FKJP Kabupaten Demak ditahun 2018 adalah peningkatan kapasitas lembaga pelatihan kerja, Balai Latihan Kerja (BLK) dan Lembaga Pelatihan Ketramilan (LPK) pada sektor garment. Sektor garment dipilih sebagai Pilot Project dengan mempertimbangkan banyaknya kebutuhan tenaga kerja di dunia industri. Sabtu, 22 September 2018 Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian bersama lembaga pendidikan dan pelatihan di Kabupaten Demak mengadakan rapat koordinasi pra verifikasi peningkatan mutu lembaga pelatihan sebagai tindak lanjut program tersebut.

Sebagai langkah awal BLK Demak dan LPK sebagai lembaga pelatihan yang tergabung dalam pertemuan tersebut akan dievaluasi oleh pihak industri di segala aspek. Misalkan pada sisi kurikulum, setiap lembaga pelatihan wajib memberikan alokasi waktu untuk materi soft skill yang diharapkan mampu mengurangi permasalahan keluar-masuknya karyawan (turn-over) dari perusahaan tempatnya bekerja. Kemudian akan dilakukan spesialisasi sesuai dengan perusahaan tempat dimana akan dilakukan pemagangan. Selain itu tenaga pengajar juga akan diberi pengkinian informasi tentang bidang keahlian yang dimiliki. Setelah melalui tahapan tahapan tersebut diharapkan standar kelulusan peserta pelatihan akan mendekati kebutuhan perusahan sehingga dapat terserap serta memiliki daya juang yang baik.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*