Berawal dari ikut pelatihan di Dinas Tenaga Kerja dan Industri (Dinnakerind) Demak, hingga studi banding ke Kabupaten Klaten, Dwi Wahyuning Lestari atau akrab dipanggil Mbak Ning, ‘nekat’ terjun ke dunia Industri Kecil dan Menengah (IKM).
Produk makanan olahan dari ikan (Srinding), dipilihnya untuk merintis usaha. Tekadnya kian kuat setelah hasil buatannya, yang dibagikan kepada tetangga, mendapat tanggapan positif. Tak hanya itu, ‘tes pasar’ yang dilakukannya juga langsung membuahkan hasil dengan banyaknya pesanan.
Kini, lima tahun berlalu, usahanya yang sudah diberi nama ‘Wahyu Putri’ yang bermakna ungkapan syukur kepada Illahi karena orantuanya dikaruniai dua orang anak perempuan, sudah melanglang buana hingga ke Kalimantan.
Tak hanya itu, dibantu lima orang karyawannya, Mbak Ning juga sudah mampu menghasilkan Srinding hingga 1.000 paket setiap minggunya. Soal omzet? Jangan ditanya, mencapai jutaan rupiah.
Seiring berjalannnya waktu, Mbak Ning juga terus berimprovisasi. Tak hanya Srinding, kini ia juga menjual produk olahan unggulan ini untuk beberapa pusat oleh-oleh seperti Okade di samping Terminal Demak, Pusat Oleh-oleh Subali di Jalan Lingkar Demak dan di Galeri Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Demak.
Berbagai produk yang dibuatnya memiliki jenama (brand) seperti Sriding Kriuk, Baby Crab yang dijual per satuan antara Rp12.000-20.000,-
Apa yang dirintis oleh mbak Ning ini dapat menjadi contoh bagi pengusaha pengusaha sejenis.
Kepala Dinnakerind Demak, Agus Kriyanto, memberikan apresiasi atas kiprah Mbak Ning yang mampu membuat trobosan mengolah atau memanfaatkan ikan yang tidak diberdayakan menjadi olahan yang bergizi dan memiliki nilai jual.
Ia harapkan masyarakat di sekitar Mbak Ning, khususnya di desa Surodadi, dapat tergerak untuk membuat usahanya lebih baik dari kualitas bahan, pengolahan, kemasan sehingga bernilai jual tinggi.