Sebagai daerah tujuan wisata religi, Demak ternyata juga menyimpan segudang kekayaan warisan budaya. Salah satunya batik corak pesisiran asli Demak.
Motifnya cukup beragam, mulai motif belimbing, corak pesisiran, dan lebih banyak lagi termasuk para pelaku industri kecil (IKM) kini banyak mengembangkan ikon wisata Masjid Agung Demak dan Makam Kadilangu, jadi motif batik.
Kali ini Agus Kriyanto, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian (Dinnakerind) Demak, mengatakan, pihaknya membina secara khusus IKM binaan sentra produksi batik lokal. Agar warisan budaya bangsa potensi batik lokal dapat dilestarikan dan dikembangkan supaya terkenal.
“Sekarang produksi batik lokal di Demak cukup lumayan banyak. Muncul IKM sentra batik baru yang terus berinovasi mengembangkan motif-motif kekinian tetapi tetap menjaga nilai jual kekayaan daerah,” terang Agus, Selasa (15/10).
Para perajin batik lokal Demak, kata Agus, dibina khusus terutama dalam pemasaran. Produk dihasilkan mulai banyak menembus pasar domestik ke beberapa daerah, serta bahkan impor ke luar negeri.
Karena itu, Dinnakerind Demak juga menyiapkan strategi penjualan inovatif mendukung agar pengembangan IKM batik lokal berhasil dan dapat semakin terkenal di masyarakat serta wisatawan.
“Kita juga memberikan dukungan bagi teman-teman industri kecil sentra produksi batik. Yang kita utamakan dalam penjualan, diberikan pendampingan agar produk-produk bisa semakin terkenal dan pasarnya luas di dalam dan luar negeri,” jelas Agus.
Batik Demak pasca pandemi mengalami geliat yang cukup menggembirakan. Indikator yang dapat menjadi isyarat positif dari bergairahnya kembali Batik Demak adalah respon pasar yang cukup menjanjikan. Secara statistik pergerakan tersebut menunjukkan grafik pertumbuhan yang luar biasa. Trend ini mendorong semakin banyak sentra baru yang muncul. Sedangkan pelaku pelaku lama usahanya bertambah maju.
Dibandingkan daerah lain corak dan motif Batik Demak relatif mudah dikenali, yakni dengan menabalkan motif yang mengangkat Masjid Agung. Kebesaran Masjid Agung menjadi brand tersendiri. Selain Masjid Agung, simbol simbol yang berelasi dengan Sunan Kalijaga tak luput menjadi pilihan juga.
Artinya potensi itu menjadi khasanah keberkahan yang patut kita syukuri. ”Kami mendorong terus, dan komunikasi untuk membangun sinergi dan kemitraan juga terus dilakukan. Alhamdulillah sekarang situasi ekonomi sudah lebih menjanjikan, karena saat Covid lalu beberapa pengusaha, atau perajin sempat bertumbangan,” jelas Agus mengakkhiri perbincang.